Senin, 14 Juli 2014

Awan yang melahirkan hujan

Meski senja mulai bertamu
Kereta tujuan Malang belum lelah melaju
Dari balik jendela kereta itu, Aku menatapnya


Bergerak perlahan-lahan
Mendekat semakin dekat
Titik temu semakin nyata
Pengabaian enggan dihiraukan
Segala apa yang ada dibawahnya
Emas atau kerikil kecil berdebu
Tak pernah berhenti bergerak terus bergerak
Sampai takdir Allah Yang Maha Kuasa
Menetapkannya harus berhenti
Di suatu titik yang tak pernah dipilihnya
Mencair melahirkan butir-butir penyejuk
atau bencana bagi sebagian insan
Setiap butir-butir yang turun ke bumi
Tak pernah sekalipun para Malaikat lalai
bershalawat memuji kekasih Allah
Diiringi lantunan para pendoa
yang menengadahkan tangan ke atas
Memohon ridho Allah
Disaat turunnya rahmat Sang Maha Pengasih
bagi insan yang lemah tiada daya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar