tak mampu ku kejar waktu
yang berlari tunggang langgang
bagai kuda pacu yang takut ditembak senapan
tak menoleh sedikit pun padaku
yang tengah merangkak jatuh bangun
meniti curamnya hidup
ketika langit membentangkan
selendangnya yang merah keemasan
darahku berdesir mengingat malam
yang kan segera datang dan mengental
rasa cemas seakan menggiringku
tuk berkaca pada sungai jernih yang tenang
kutatap bayanganku pada sungai itu
ia tersenyum, namun aku merasa takut
kupejamkan mata mencoba lari
namun aku semakin masuk ke dalam negeri khayalku
kulihat sekumpulan anak muda sebaya
dengan kitab-kitab yang ada pada singgasananya
kudapati diriku duduk
di tengah kumpulan anak muda itu
ribuan tanda tanya mengitari kepalaku
apa yang sedang aku lakukan disana?
aku tersentak ketika atap menyahutiku
kau sedang belajar bersama mereka
kalian bersama-sama mengumpulkan bekal
untuk mendaki puncak keberhasilan
sudahkah kau gunakan waktu lampaumu
tuk mengisi jiwamu dengan bekal yang cukup?
sudahkah kau kerahkan kekuatanmu
tuk luluh lantahkan gunung tantangan?
sudahkah kau rajut impian
yang kan mendorongmu tuk merengkuhnya?
yang kan mendorongmu tuk merengkuhnya?
hatiku dicabik-cabik oleh sahutan atap itu
buatku tersadar dan merenung
malam kan menjemput dan menarikku
serta anak-anak muda itu keluar tempat kami
lukiskan cantiknya langit kebersamaan
bermandikan cahaya kasih
aku bukanlah mutiara yang mengeram dalam kerang
aku tidak berkilau tapi aku merasa lebih beruntung dari mutiara
karena aku tidak sendirian mengeram dalam kerangku
ketika beban berat bermukim di punggungku
buatku tiba-tiba hilang keseimbangan dan jalan sempoyongan
mereka anak-anak muda itu yang senantiasa kuatkan aku
agar ku tak terjatuh ke dalam sumur nestapa
mereka telah menjadi matahari bagiku
yang cahayanya mampu menembus kabut
yang mengurungku dalam kejenuhan
lalu bagaimana denganku?
mampukah aku menjadi matahari bagi mereka?
aku dengan segala kurangku
ingin sekali kuungkapkan segenap rasa hatiku
namun aku tak pandai, kadang aku bingung
bagaimana cara ungkapkan perhatian ini
bagaimana cara ungkapkan perhatian ini
ketika ada kesal bergelayut pada diriku
seakan ingin membuatku terpeleset
ke dalam genangan amarah
tiada kusangka
dinding-dindig yang kukira bisu
menertawaiku dengan sinis
hingga ubun-ubunku terasa akan mendidih
ha ha ha dasar dungu!
jangan kau biarkan kesal kuasai dirimu
andai kau tahu
ketika malam benar-benar tiba
ketika malam benar-benar tiba
rasa kesal yang meski setitik akan luruh
ketika kau memeluknya, menatapnya
melepaskannya di gerbang awal kerinduan
tak kuat rasanya aku mendengar
dinding itu berkoar-berkoar
kembali kupejamkan mata
berharap kembali pada sadarku
kutatap lagi sungai jernih yang tenang
kuselami bayang-bayang diriku di sana
berharap menemukan secercah asa
tuk lengkapi untaian-untaian kisah indah
antara aku dan mereka